Huft... minggu yang berat kembali lagi terulang... berada di titik terbawah memang tidaklah menyenangkan... membuat kita lebih banyak untuk berputus asa dan sedikit bersyukur. Bertanya dalam hati kenapa selalu diuji dan dicoba... apakah ini penghapusan dosa2 kami atau memang tanda sayang Allah pada kami... hmm.. kami kira ujian itu sudah berlalu.. namun Allah kasih lagi.. dalam sekejap hitugan jam ... semuanya hilang... yang lebih menyakitkan sekarang kami seperti anak ayam kehilangan induk.. bingung hendak memulai dan melangkah lagi.... Masya Allah....nikmat nya UJIAN mu ya Allah
|  | 
| ayah kita harus semangattttt | 
 jadi terinsipirasi setelah membaca ini nih... 
Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran,,yang datang dari 
Allah Swt itu selalu baik  dan yang buruk itu dari kita sendiri. Semua 
yang datang dari Allah Swt adalah kasih sayang, termasuk bala’ (ujian) 
dalam bentuk musibah. Ujian menjadi pengingat ketika kita jauh dari 
Allah Swt. Dengan ujian, Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk 
berhenti, untuk berfikir, diberikan sesuatu yang menyebabkan kita 
betul-betul jeda dan tafakur, melakukan soul searching. Jika seseorang 
‘lari’ ke arah yang salah, Allah Swt akan memaksanya berhenti, kadang 
dengan peringatan lemah lembut, namun juga kadang dengan keras. Kalau 
peringatan itu diabaikan dan kita terlanjur menabrak 'tembok', baru 
muncul kesadaran tentang kekeliruan tersebut.
Itu sebabnya Nabi bersabda; ”Jika Allah mencintai seseorang, maka dia akan mengujinya.”
Ada
 sebuah kisah yang berjudul "Ketika Allah Melempar Kita dengan Batu". 
Diceritakan, tentang seorang pekerja yang bekerja di sebuah proyek 
konstruksi berlantai banyak. Suatu ketika, ada panggilan masuk ke 
telepon selular temannya yang mengabarkan bahwa anak rekannya itu sedang
 sakit dan dia diminta segera pulang. Keluarganya terpaksa mengabarkan 
lewat si rekan karena telepon selularnya tidak aktif. Namun sayang, 
ketika itu si rekan berada dilantai tinggi, sedang si pekerja ada di 
bawah. Si rekan kebingungan karena terlalu jauh. Dipanggil-panggil, tak 
mendengar juga. Akhirnya muncul ide, ia mengambil uang logam di 
kantongnya, kemudian dijatuhkan dari atas dan mengenai kepala si 
pekerja. Rekannya terkejut. Tapi, karena yang jatuh menimpa kepalanya 
sebuah koin, lantas ia ambil tanpa menoleh ke atas. ”Lumayan,” pikirnya.
 Kemudian pekerja itu melanjutkan pekerjaannya. Lemparan koin ini 
terjadi berulang-ulang sampai koin yang ada di kantong si rekan habis. 
Karena kehabisan koin, akhirnya si rekan mencari kerikil dan dilempar 
kepada si pekerja. Kerikil itu tepat mendarat di kepalanya. Ketika tahu 
yang menimpa dirinya itu kerikil, pekerja itu pun marah, dan menengok ke
 atas. Baru pada saat itu teriakan si rekan bisa didengar dan kabar bisa
 disampaikan.
Memang, ujian pun jika kita cermati, 
ujian dalam bentuk musibah sejatinya adalah buah manis kasih sayang 
Allah Swt. Lebih dari itu, yang datang dari Allah Swt juga sudah terukur
 kadarnya. Selain bersabar dalam mendapatkan cobaan dari Allah Swt, kita
 diajarkan untuk berdoa agar Allah Swt tidak menurunkan cobaan yang kita
 tidak kuat menanggungnya. Allah Swt tidak akan memberikan cobaan yang 
melebihi kemampuan kita, kecuali kalau kita menjadikan kita sendiri yang
 tidak punya kemampuan untuk menanggungnya, yakni menolak untuk 
berlapang dada menerimanya dan menjadikannya bahan untuk introspeksi..
Bahkan
 apa yang kita pahami sebagai siksa kubur, siksa akhirat dalam bentuk 
neraka, itu semua wujud kasih sayang Allah Swt. Adzab dalam bahasa Arab 
berasal dari akar kata yang sama yang menghasilkan kata 'adzb (biasa 
diterjemahkan sebagai ”siksa”). Sesungguhnya, salah satu arti kata ini 
adalah "rasa manis". Apa yang disebut sebagai siksa kubur atau siksa 
akhirat itu sebetulnya kepanjangan dari apa yang dilakukan oleh Allah 
Swt di dunia ini. Sesungguhnya semua itu -apakah adzab di dunia, ataukah
 itu adzab di alam barzakh, ataukah itu azab di neraka- sebetulnya tidak
 lain dan tidak bukan adalah suatu upaya untuk menjadikan kita lebih 
bersih. Sehingga kita lebih dekat kepada Allah Swt, sampai pada satu 
titik dimana kita kembali menyatu dengan Allah Swt di surga-Nya.