Assalamualaikum semuanya...
berawal dari tawaran untuk icip rendang yang cocok banget dibawa untuk travelling dan oleh2 apalagi untuk dikirim ke luar negeri yang notabenenya kadang kangen banget sama masakan indonesia... bunda jadi icip deh sama ini rendang... dann malah ditawarin jadi resellernya... hihihiih.. jiwa bisnis dan dagang mode on...
tapi karena bunda pengennya fokus aja sama dagangan baju muslimnya.... jadi si ayah lah yang ambil untuk dagang ini rendang (tapi tetep minyak kemiri dan shampoo kemirinya jualan juga ya..)
Terus hasil reportase bunda tentang ini rendang adalah:
- sueerrr rasanya enak... ga perlu repot masak seharian (karena untuk masak rendang kaya gini, perlu 1 kg daging dengan 10 kelapa untuk santannya, plus bumbu ajib langsung dari padang dan masaknya seharian pake kayu bakar kalo menurut si uni yang suka bikinin rendang klo bunda tanyain) untuk dapet hasil rendang yang kaya gini.. karena rendangnya tetep basah dan bumbunya ajib..
- udah ada label HALAL dari MUI nya
- udah ada ijin DEPKESnya
- Tinggal pilih level kepedesannya (0,1,3,5,10)
- cocok banget buat traveling... atau oleh2 untuk keluarga atau tamu yang tinggal di LUAR NEGERI..
- tinggal buka kemasannya, bisa langsung santap sama nasi anget.. kalo mau diangetin juga bisa tinggal direndem di air panas (dengan plastiknya) atau di angetin di microwave (tanpa plastik)...
- penyelemat di saat ada tamu tapi bunda lagi males masak... tinggal angetin rendang.. buka toples yang isinya KERING KENTANG, terus oseng2 sayuran yang ada di kulkas siaaap deh jamuan ENDANG GURINDANg untuk tamu...
- Kering KEntang nya ini bunda bilang "NARKOBA" jenis baruu.. iya kenapa dibilang narkoba.. ya ampun ini dede bila (17bulan), kaka zahra dan ayah ibnu kalo udah buka ini toples kering kentang ga bisa berhenti tangannya ngambilin kering kentang terus masukin ke mulut lagi dan lagi sampe abisss.... ya ampunnn.. terpaksa kalo udah begini bunda jadi "si TANGAN BESI" langsung ambil toplesnya tutup dan rebut terus diumpetin sampe waktu makan tiba... karena kalo didiemin ga sampe 1 jam udah abis ludesss....
Jadi kalo ditanya kenapa AYAH mau jualin ini rendang dan kering kentang.. KARENA AMAN, HALAL, ENAK, tahan lama, RESEP KELUARGA dan PRAKTIS bangett..... harga AMAN DIKANTONG.. dan bisa DIKIRIM KE DALAM NEGERI maupun LUAR NEGERi...
oke ini sejarah si uda gembulnya (hasil KEPO bunda atas dagangan ayah yang terkadang kok ngalahin omzet bunda)...
kering kentang nan ciamik... |
rendangnyaaa |
level 0 cocok untuk anak2 |
cocok untuk yang suka rendang biasa |
untuk yang gilaaa pedass |
enak bangett... my favorit... |
ini best selllerrrrr |
VIVAlife - Gufron Syarif kelimpungan di kamar kosnya, Australia. Sebagai mahasiswa perantau, ia tak bisa lepas dari makanan khas Indonesia.
Padahal, susah sekali mendapatkannya di sana. Di toko-toko Asia, tak
ada makanan tradisional yang bisa membuatnya menitikkan air liur.
Saat itulah, mahasiswa jurusan Business
IT itu bertekad. Suatu saat, ia akan meringankan beban mahasiswa
perantau dengan membuatkan mereka makanan khas Indonesia yang tahan
lama. Kebetulan, Gufron memang hobi memasak.
Namun, cita-cita itu tinggal menjadi impian. Lulus kuliah tahun 2007, ia pulang ke Indonesia dan langsung bekerja di sebuah bank.
Tiga tahun keinginannya mencipta masakan harus terpendam. Lepas dari
bank, ia menjadi dosen di Universitas Padjajaran, Bandung.
Tak dinyana, ia kemudian
menikah dengan seorang perempuan asal Padang. Itu membuatnya sering
menginjakkan kaki di Tanah Minang. Gufron pun berpikir, tak ada salahnya
belajar memasak rendang. Namun, mertuanya kebetulan tak bisa mengolah
daging berbalut bumbu itu.
“Tidak semua orang bisa, karena masak rendang itu ribet,” kata Gufron saat dihubungi VIVAlife, Kamis, 24 Oktober 2013.
Lelaki 30 tahun itu
akhirnya belajar otodidak. Ia banyak membaca buku resep rendang. Gufron
juga tak lelah bereksperimen. Tiga kali ia mencoba memasak rendang. Ia
berbelanja sendiri, menjajal bumbu demi bumbu. Hasil eksperimennya, ia
bagikan pada orang-orang dekatnya.
Sambutan mereka ternyata
positif. Gufron pun makin bersemangat. September 2012, ia resmi membuka
usaha rendang kemasannya. Diberinya nama: Rendang Gaul ‘Uda Gembul’.
Modal awalnya, kata Gufron, hanya Rp150 ribu. Ia gunakan untuk membeli
satu kilogram daging.
Visinya saat itu
sederhana saja, memasarkan rendang kemasannya untuk mahasiswa perantau
di negeri orang. Namun ternyata, nasib menghendaki lain. Pasar dalam
negeri begitu bergelora. Dari Bandung, ia bisa menjual rendangnya sampai ke Surabaya, Malang, Balikpapan, dan Samarinda.
Lama-lama, targetnya mengimpor rendang kesampaian juga. Seorang mahasiswa S2 di Korea memintanya mengirim rendang untuk dijual kembali di Negeri Ginseng. Demikian pula seorang mahasiswa di New Castle, Inggris. Salah satu TKI di Taiwan pun mengajukan permintaan serupa.
Rendang itu dipasarkan
dari mulut ke mulut, terutama di kalangan perantau asal Indonesia yang
ada di negeri seberang. Toko-toko khusus Asia mulai menjualnya. Kantor-kantor Kedutaan Indonesia pun menyimpannya.
Rahasia Rendang ‘Uda Gembul’
Apa yang sebenarnya
membuat rendang ala Gufron sangat diminati pasaran? Padahal, rendang itu
bukan asli Padang seperti pada lazimnya. Rupanya, Gufron memberi cita
rasa yang berbeda pada rendangnya.
“Rempahnya lebih berasa. Bumbunya saya kombinasikan dengan rempah asal Aceh dan Lampung,” katanya menerangkan.
Rendang buatannya juga
tahan lama. Jika masih dalam kemasan, batas kadaluarsanya sembilan
bulan. Namun, jika sudah dibuka, ia hanya akan tahan satu sampai dua
hari. Meski begitu, Gufron menekankan rendang kemasannya tanpa bahan
pengawet.
Ia mengemasnya dengan
teknologi canggih. Setahun berdagang rendang, ia sudah punya pabrik
sendiri. Di sana, daging rendang dikemas dalam plastik steril yang
diberi uap panas dan dingin untuk menghambat pertumbuhan mikroba.
“Rendang dibungkus plastik food grade,
kemudian udara di dalamnya divakum. Setelah itu dipanaskan dengan uap
lebih dari 80 derajat celcius, lalu langsung didinginkan dengan uap
beku,” Gufron menjelaskan. Kini, ia bisa memproduksi 100 kilogram daging
rendang per harinya.
Yang juga unik, Rendang
Gaul ‘Uda Gembul’ punya level kepedasan. Masing-masing dibedakan dengan
angka dan kemasan berwarna-warni ceria. Level 0, warna kemasannya hijau
muda, cocok untuk anak-anak karena sama sekali tidak pedas.
Level 1, kemasannya
berwarna kuning, rasanya sedikit pedas. Tingkat selanjutnya adalah level
3, dengan kemasan berwarna oranye. Ini merupakan rendang paling laris,
karena rasanya pedas sesuai rata-rata.
Berikutnya, ada rendang
khusus untuk pecinta rasa super pedas, dengan level 5 dan 10. Warna
kemasannya merah dan hitam. Seluruh rendang itu, tersedia dalam dua
pilihan, yakni ayam dan paru-paru.
Meski telah sukses,
Gufron hingga kini masih mengajar sebagai dosen. Rencananya, ia juga
ingin membuka restoran khusus rendang, namun dengan menu-menu modern,
seperti burger atau nasi goreng rendang. (umi)
UNTUK PEMESANANNYA SILAKAN HUBUNGIN AYAH IBNU YA.. 081318701860 (SMS OR WA)... KATANYA ADA HARGA KHUSUS RESELLER... (SYARAT DAN KETENTUAN BERLAKU...)
all level |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar