Kamis, 26 April 2012

Perjuangan seorang istri

Tak ada seorang suami yang sukses tanpa didampingi oleh seorang istri yang mengiringi kesuksesannya. Suami dan istri itu seperti keipngan uang logam yang tak dapat dipisahkan. Seperti kisah Romeo dan Juliet yang saling mencintai.

Pernah suatu ketika di jaman sahabat Rasul, ada seorang penceramah yang sangat sukses. Orang akan terdiam dan mendengarkan sang penceramah itu, ketika beliau sedang berceramah. Kepiawaiannya dalam berbicara tak ada yang menandinginya. Jadilah penceramah itu menjadi seorang penceramah yang terkenal seantero negeri. Orator ulung yang sangat disegani oleh masyarakatnya.

Namun sayang, beliau melaupakan peran istrinya. Sang penceramah menjadi lupa, bahwa dibalik kehebatannya berbicara ada seorang istri yang selalu membantu keperluannya. Selalu mencuci pakaiannya, memasak makanannya, dan menyiapkan peci dan jas kebanggannya ketika akan berangkat ceramah. Sang penceramah pun telah benar-benar lupa bahwa dibalik kesuksesannya ada perjuangan seorang istri yang dengan setia melayani suami dari pagi hingga malam hari. Memenuhi kebutuhan suaminya dari urusan makanan lahir sampai makanan bahtin. Biasa orang menyebutnya hubungan sex suami istri.

Suatu hari, sang istri ingin memberikan pelajaran yang berharga bagi suaminya. Ia bersengaja pergi pagi-pagi ketika suami masih tidur untuk bersembunyi di rumah tetangganya. Bersama tetangga baiknya itu, skenariopun diatur. Dia menulis surat kepada suaminya untuk pergi ke rumah orang tunya.

Ketika sang penceramah terbangun, didapatinya istri tak ada di rumah. Di meja kamar didapatinya sepucuk surat dari istrinya. Isinya, sebuah pesan bahwa ia pegi ke rumah orang tuanya.

Ketika keluar kamar, didapatinya rumah berantakan. Anak-anaknya yang berjumlah 4 orang sedang asyik bermain. Ada yang bermain kuda-kudaan, ada yang asyik bermain mobil-mobilan, dan yang satunya lagi asyik bermain kartu domino. Kebetulan semuanya laki-laki. Jarak umur antar setiap anak cuma selisih satu tahun, anak sulung berumur 8 tahun, anak kedua 7 tahun, ketiga 6 tahun, dan yang bungsu berumur 5 tahun. Suasana rumah hari itu seperti kapal pecah (mungkin lebih kacau dari tenggelamnya kapal Titanic).Maklumlah anaknya laki-laki semua, hahhahaha. Jagoan semua.

Sang pembicara pun pergi ke meja makan, dan didapatinya tak ada satupun hidangan yang siap disantap. Tak ada makanan buat sarapan pagi. Tak ada makanan yang bisa dimakan. Dia pun lantas pergi ke kamar mandi. Lalu didapatinya setumpuk pakaian yang belum dicuci. Dia pun lantas mandi, dan ketika sadar bahwa handuk kesayangannya ada dalam cucian itu, jengkellah sang pembicara itu. Kesal dan marah berpadu menjadi satu. Tak ada pembantu di rumah itu. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan rumah, selalu dikerjakan oleh istrinya tanpa berkeluh kesah. Menjaga keempat buah hatinya yang semuanya laki-laki dengan sepenuh hati dan kasih sayang yang tak terhingga. Hanya memberi tak harap kembali. (kayaklagu kasih ibu ya???)

Kepergian istrinya, membuat sang penceramah bermenung diri dan melakukan instropeksi diri. Selama ini kurang berterima kasih kepada istrinya yang selalu setia melayaninya. Tiba-tiba saja sang penceramah tersadarkan akan pengorbanan seorang istri. Dia malu sama istrinya, dan ingin meminta maaf, bila istrinya pulang nanti. Perasaan amarah berubah menjadi kasih sayang. Dicucilah semua baju yang ada di kamar mandi, dan diajaklah semua anaknya untuk turut merapihkan rumah. Lalu dibuatkanlah makanan untuk anak-anaknya. Indomie rebus dan ceplok telor. Hanya itu yang bisa ia masak. Jangan harap ia bisa masak sayur lodeh atau sayur sop yang lezat sehebat buatan istrinya. Apalagi opor ayam atau gulai kambing kegemarannya. Hanya istrinya yang bisa membuat makanan lezat yang sesuai dengan seleranya. Dia pun jadi malu sendiri sama istrinya.

Ternyata sang penceramah yang pandai bicara itu bukan apa-apa tanpa pengorbanan seorang istri. Diapun menyesal selama ini telah membanggakan dirinya sendiri tanpa memandang pengorbanan istri yang selalu setia melayaninya. Dia lupa bahwa dibalik kesuksesannya ada jasa seorang istri yang mahal harganya dan tidak bisa dihargai dengan uang.

Ketika ada tetangganya yang hadir di rumahnya, ia ceritakan kehebatan istrinya, dan ia ingin meminta maaf kepada istrinya itu. Tidak disadarinya selama ini bahwa pekerjaan seorang istri itu bisa sama dengan 24 jam, dan tak pernah ada habisnya. Tetangganya hanya diam saja, dan tersenyum bangga. Lalu diajaklah sang penceramah itu untuk pergi ke rumahnya.

Ketika mendengar suaminya sadar dengan sikapnya selama ini dan mengucapkan permohonan maaf, istrinyapun tersenyum dan bergembira, karena suaminya menyadari akan kesalahannya. Terlalu menyepelekan peran istri yang sudah berkorban penuh melayani suaminya dengan sepenuh hati.

Sang penceramah itu memeluk istrinya erat-erat, menciumi pipinya, dan meminta maaf yang mendalam kalau selama ini telah melupakan jasa istrinya. Melupakan pengorbanan seorang istri yang telah dengan setia membantu dirinya sehingga menjadi orang yang sukses.


Dari kisah di atas, ada hikmah yang bisa kita petik. Tanpa sadar, terkadang seorang suami itu egoisnya tinggi dan selalu ingin dilayani oleh istrinya. Kurang menghargai pengorbanan seorang istri yang merupakan ibu dari anak-anaknya. Seorang suami terkadang telah merasa super dan paling menepuk dada bahwa dialah yang paling berjasa di dalam keluarga.

Sebenarnya tidaklah demikian. Seorang suami harusnya sadar bahwa dibalik kesuksesannya selama ini, ada pengorbanan seorang istri yang hanya memberi dan tak harap kembali. Sebagai seorang suami kita tak boleh melukai hati seorang istri yang telah mendampingi kita.
Mungkin kisah di atas hanya sepenggal kisah yang tak terjadi pada keluarga anda. Semoga saja anda adalah seorang suami atau seorang istri yang selalu berbagi. Berbagi tugas dan pekerjaan dalam membentuk keluarga yang sakinah dan mawaddah. Membuat suasana rumah serasa di surga.

“RUMAHKU SURGAKU”

Rumahku surgaku akan terbentuk, bila ada pengorbanan seorang istri yang selalu taat dan patuh kepada suaminya. Rasulullah pernah bersabda, “Addunya mataun wa khoiro mataiha”
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/08/perjuangan-seorang-istri/
 Hihihi....terinspirasi baca blog di atas.. makanya di COPAS deh... terus apa hubungan nya bun sama dirimu??

Ya jelas lah.. ngerasa banget kalo istri yang hebat itu harus bikin rumah tangga nya terasa EVERYTHING ITS OKE.. walaupun jumlah pemasukan ga sebanding sama pengeluaran. Seorang istri lagh harus pinter2 ngatur.. secara dia kan menteri ekonomi di rumah tangganya. Ga usah dibikin beban suaminya.. wong cari uang buat nafkah keluarga sudah banting tulang.. pinter2 nya kamu sebagai wanita untuk kelolalnya...

Terus perjuangan apa lagi bun.....gini logh berhubung saya juga sebagai pekerja alias pegawai ya harus pinter me manage waktu.. alias kalo dirumah ga lupa kodrat sebagai ibu dan istri. Jadi walaupun seharian capek di kerjaan buat bantuin tutupin kekurangan tadi... kalo dirumah ya harus jadi istri.. nyiapian perlengkapan tetek bengek anak dan suami mu... kecuali fisik mu udah drop ya... minta dengan baik pertolongan suami mu.... di rumah juga walaupun capek anaknya harus tetep diperhatikan.. kan seharian wis ditinggal kerja.. so pas sore sampai anak menjelang tidur ya dengan badan yang lelah tetep menemaninya... mengajaknya bermain dan bertanya kesehariannya.. Kalo ditanya capek ga bun??? huaahhh LUAR BIASA....

Mau saya sih sama kaya ibu2 yang lain.. dirumah aja.. ngurus rumah .. ngurus anak dan suami aja.. lagh gimana bisa.. wong kami kan tulang punggung keluarga.. ya harus ada 3 dapur yang harus dikebuli oleh kami. Jadi ya ga tega klo suami nya harus banting sendirian.. Bismillah aja niatnya berguna buat semua.. bikin keluarga bahagia.. walaupun harus berkorban fisik.. harta dan nyawa sekalipun...

Logh ko ekstrim sih bun.. pake berkorban nyawa... iya lah... saya itu punya prinsip hidup di dunia harus berguna dan bikin keluarga bahagia... kalo udah berkorban fisik dan harta yang saya miliki ga ada.. apa lagi sih yang bisa saya lakukan.. 

Ya wis.. apapun itu... setiap ibu dan istri saya percaya akan berjuang untuk keluarganya... anak.. dan suaminya.. so setiap orang boleh punya pemikiran masing-masing. Buat saya... apapun yang bisa saya lakukan secara optimal akan saya lakukan walaupun taruhannya nyawa saya....

 keliatan keras ga bunda kalo dandan begini???
semangat bun... buat anak-anak bunda selalu ada... dan siap berkorban apapun itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar