Tak ada seorang suami yang sukses tanpa
didampingi oleh seorang istri yang mengiringi kesuksesannya. Suami dan
istri itu seperti keipngan uang logam yang tak dapat dipisahkan. Seperti
kisah Romeo dan Juliet yang saling mencintai.
Pernah suatu ketika di jaman sahabat
Rasul, ada seorang penceramah yang sangat sukses. Orang akan terdiam dan
mendengarkan sang penceramah itu, ketika beliau sedang berceramah.
Kepiawaiannya dalam berbicara tak ada yang menandinginya. Jadilah
penceramah itu menjadi seorang penceramah yang terkenal seantero negeri.
Orator ulung yang sangat disegani oleh masyarakatnya.
Namun sayang, beliau melaupakan peran
istrinya. Sang penceramah menjadi lupa, bahwa dibalik kehebatannya
berbicara ada seorang istri yang selalu membantu keperluannya. Selalu
mencuci pakaiannya, memasak makanannya, dan menyiapkan peci dan jas
kebanggannya ketika akan berangkat ceramah. Sang penceramah pun telah
benar-benar lupa bahwa dibalik kesuksesannya ada perjuangan seorang
istri yang dengan setia melayani suami dari pagi hingga malam hari.
Memenuhi kebutuhan suaminya dari urusan makanan lahir sampai makanan
bahtin. Biasa orang menyebutnya hubungan sex suami istri.
Suatu hari, sang istri ingin memberikan
pelajaran yang berharga bagi suaminya. Ia bersengaja pergi pagi-pagi
ketika suami masih tidur untuk bersembunyi di rumah tetangganya. Bersama
tetangga baiknya itu, skenariopun diatur. Dia menulis surat kepada
suaminya untuk pergi ke rumah orang tunya.
Ketika sang penceramah terbangun,
didapatinya istri tak ada di rumah. Di meja kamar didapatinya sepucuk
surat dari istrinya. Isinya, sebuah pesan bahwa ia pegi ke rumah orang
tuanya.
Ketika keluar kamar, didapatinya rumah
berantakan. Anak-anaknya yang berjumlah 4 orang sedang asyik bermain.
Ada yang bermain kuda-kudaan, ada yang asyik bermain mobil-mobilan, dan
yang satunya lagi asyik bermain kartu domino. Kebetulan semuanya
laki-laki. Jarak umur antar setiap anak cuma selisih satu tahun, anak
sulung berumur 8 tahun, anak kedua 7 tahun, ketiga 6 tahun, dan yang
bungsu berumur 5 tahun. Suasana rumah hari itu seperti kapal pecah
(mungkin lebih kacau dari tenggelamnya kapal Titanic).Maklumlah anaknya
laki-laki semua, hahhahaha. Jagoan semua.
Sang pembicara pun pergi ke meja makan,
dan didapatinya tak ada satupun hidangan yang siap disantap. Tak ada
makanan buat sarapan pagi. Tak ada makanan yang bisa dimakan. Dia pun
lantas pergi ke kamar mandi. Lalu didapatinya setumpuk pakaian yang
belum dicuci. Dia pun lantas mandi, dan ketika sadar bahwa handuk
kesayangannya ada dalam cucian itu, jengkellah sang pembicara itu. Kesal
dan marah berpadu menjadi satu. Tak ada pembantu di rumah itu. Semua
pekerjaan yang berhubungan dengan rumah, selalu dikerjakan oleh istrinya
tanpa berkeluh kesah. Menjaga keempat buah hatinya yang semuanya
laki-laki dengan sepenuh hati dan kasih sayang yang tak terhingga. Hanya
memberi tak harap kembali. (kayaklagu kasih ibu ya???)
Kepergian istrinya, membuat sang
penceramah bermenung diri dan melakukan instropeksi diri. Selama ini
kurang berterima kasih kepada istrinya yang selalu setia melayaninya.
Tiba-tiba saja sang penceramah tersadarkan akan pengorbanan seorang
istri. Dia malu sama istrinya, dan ingin meminta maaf, bila istrinya
pulang nanti. Perasaan amarah berubah menjadi kasih sayang. Dicucilah
semua baju yang ada di kamar mandi, dan diajaklah semua anaknya untuk
turut merapihkan rumah. Lalu dibuatkanlah makanan untuk anak-anaknya. Indomie rebus dan ceplok telor. Hanya
itu yang bisa ia masak. Jangan harap ia bisa masak sayur lodeh atau
sayur sop yang lezat sehebat buatan istrinya. Apalagi opor ayam atau
gulai kambing kegemarannya. Hanya istrinya yang bisa membuat makanan
lezat yang sesuai dengan seleranya. Dia pun jadi malu sendiri sama
istrinya.
Ternyata sang penceramah yang pandai
bicara itu bukan apa-apa tanpa pengorbanan seorang istri. Diapun
menyesal selama ini telah membanggakan dirinya sendiri tanpa memandang
pengorbanan istri yang selalu setia melayaninya. Dia lupa bahwa dibalik
kesuksesannya ada jasa seorang istri yang mahal harganya dan tidak bisa
dihargai dengan uang.
Ketika ada tetangganya yang hadir di
rumahnya, ia ceritakan kehebatan istrinya, dan ia ingin meminta maaf
kepada istrinya itu. Tidak disadarinya selama ini bahwa pekerjaan
seorang istri itu bisa sama dengan 24 jam, dan tak pernah ada habisnya.
Tetangganya hanya diam saja, dan tersenyum bangga. Lalu diajaklah sang
penceramah itu untuk pergi ke rumahnya.
Ketika mendengar suaminya sadar dengan
sikapnya selama ini dan mengucapkan permohonan maaf, istrinyapun
tersenyum dan bergembira, karena suaminya menyadari akan kesalahannya.
Terlalu menyepelekan peran istri yang sudah berkorban penuh melayani
suaminya dengan sepenuh hati.
Sang penceramah itu memeluk istrinya
erat-erat, menciumi pipinya, dan meminta maaf yang mendalam kalau selama
ini telah melupakan jasa istrinya. Melupakan pengorbanan seorang istri
yang telah dengan setia membantu dirinya sehingga menjadi orang yang
sukses.
Dari kisah di atas, ada hikmah yang bisa
kita petik. Tanpa sadar, terkadang seorang suami itu egoisnya tinggi
dan selalu ingin dilayani oleh istrinya. Kurang menghargai pengorbanan
seorang istri yang merupakan ibu dari anak-anaknya. Seorang suami
terkadang telah merasa super dan paling menepuk dada bahwa dialah yang
paling berjasa di dalam keluarga.
Sebenarnya tidaklah demikian. Seorang
suami harusnya sadar bahwa dibalik kesuksesannya selama ini, ada
pengorbanan seorang istri yang hanya memberi dan tak harap kembali.
Sebagai seorang suami kita tak boleh melukai hati seorang istri yang
telah mendampingi kita.
Mungkin kisah di atas hanya sepenggal
kisah yang tak terjadi pada keluarga anda. Semoga saja anda adalah
seorang suami atau seorang istri yang selalu berbagi. Berbagi tugas dan
pekerjaan dalam membentuk keluarga yang sakinah dan mawaddah. Membuat
suasana rumah serasa di surga.
“RUMAHKU SURGAKU”
Rumahku surgaku akan terbentuk, bila ada
pengorbanan seorang istri yang selalu taat dan patuh kepada suaminya.
Rasulullah pernah bersabda, “Addunya mataun wa khoiro mataiha”.
Hihihi....terinspirasi baca blog di atas.. makanya di COPAS deh... terus apa hubungan nya bun sama dirimu??
Ya jelas lah.. ngerasa banget kalo istri yang hebat itu harus bikin rumah tangga nya terasa EVERYTHING ITS OKE.. walaupun jumlah pemasukan ga sebanding sama pengeluaran. Seorang istri lagh harus pinter2 ngatur.. secara dia kan menteri ekonomi di rumah tangganya. Ga usah dibikin beban suaminya.. wong cari uang buat nafkah keluarga sudah banting tulang.. pinter2 nya kamu sebagai wanita untuk kelolalnya...
Terus perjuangan apa lagi bun.....gini logh berhubung saya juga sebagai pekerja alias pegawai ya harus pinter me manage waktu.. alias kalo dirumah ga lupa kodrat sebagai ibu dan istri. Jadi walaupun seharian capek di kerjaan buat bantuin tutupin kekurangan tadi... kalo dirumah ya harus jadi istri.. nyiapian perlengkapan tetek bengek anak dan suami mu... kecuali fisik mu udah drop ya... minta dengan baik pertolongan suami mu.... di rumah juga walaupun capek anaknya harus tetep diperhatikan.. kan seharian wis ditinggal kerja.. so pas sore sampai anak menjelang tidur ya dengan badan yang lelah tetep menemaninya... mengajaknya bermain dan bertanya kesehariannya.. Kalo ditanya capek ga bun??? huaahhh LUAR BIASA....
Mau saya sih sama kaya ibu2 yang lain.. dirumah aja.. ngurus rumah .. ngurus anak dan suami aja.. lagh gimana bisa.. wong kami kan tulang punggung keluarga.. ya harus ada 3 dapur yang harus dikebuli oleh kami. Jadi ya ga tega klo suami nya harus banting sendirian.. Bismillah aja niatnya berguna buat semua.. bikin keluarga bahagia.. walaupun harus berkorban fisik.. harta dan nyawa sekalipun...
Logh ko ekstrim sih bun.. pake berkorban nyawa... iya lah... saya itu punya prinsip hidup di dunia harus berguna dan bikin keluarga bahagia... kalo udah berkorban fisik dan harta yang saya miliki ga ada.. apa lagi sih yang bisa saya lakukan..
Ya wis.. apapun itu... setiap ibu dan istri saya percaya akan berjuang untuk keluarganya... anak.. dan suaminya.. so setiap orang boleh punya pemikiran masing-masing. Buat saya... apapun yang bisa saya lakukan secara optimal akan saya lakukan walaupun taruhannya nyawa saya....
semangat bun... buat anak-anak bunda selalu ada... dan siap berkorban apapun itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar